Manusia Dan Air

Beberapa waktu yang lalu, sebelum bulan ramadhan tepatnya saya baru saja menyelesaikan pekerjaan saya yaitu installasi jaringan LAN di kantor, kebetulan baru saja membuat ruangan baru untuk divisi Pemasaran. Setelah selesai dan istirahat timbulah perbincangan ringan antar orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Ruanganya tertutup, perbincangan ini seperti rapat rahasia saja, hahaha. Awalnya saya tidak tahu alur pembicaraanya apa, yang di bahas apa, karena memang sebelumnya saya masih fokus menyelesaikan tugas saya alesan.

Oke, jadi begini. Setelah menyimak beberapa lama saya baru bisa masuk dan memahami apa yang sedang di perbincangkan. Oh ternyata lagi bicara serius ini, dan topiknya membuat telinga saya fokus mendengarkan pembicaraan tersebut. Singkat cerita yang mendominasi berbicara adalah bapak UNT (panggilanya begitu, bukan singkatan) sedang membicarakan tentang Kesederhanaan, Kesabaran, Rendah Hati, serta pengalaman serta perjuangan hidup beliau yang memang dimulai dari “bawah”. Oke, lain kali akan saya ceritakan beberapa hal tentang beliau, saya sedikit kagumg dengan beliau yang ramah, murah hati, baik, multitalenta, banyak deh.

Tapi sekarang saya akan sedikit menceritakan tentang apa yang beliau ceritakan kepada saya kemarin, tentang cara berkata baik kepada anak. Simak baik baik ya, buat calon orangtua yang baik dan yang sudah menjadi orangtua yang sedang mendidik anak.

Beliau pernah mengikuti sebuah seminar saya lupa thema seminarnya, yang jelas tentang Good Parenting atau menjadi orangtua yang baik intinya. Pada seminar tersebut seorang instruktur menyediakan tiga buah gelas berisi air putih, dengan air dan gelas yang sama persis. Kemudian semua peserta seminar diminta untuk maju bergantian dan memaki maki gelas berisi air putih tersebut. Pokoknya gelas tersebut di caci maki, di kata kata-in, di beri ucapan kasar, ucapan kotor, segala bentuk amarah boleh di ungkapkan dan di tujukan pada gelas berisi air putih tersebut. Kemudian pada gelas yang kedua, semua peserta diminta untuk mendoakan air tersebut supaya bermanfaat, supaya berguna, pokoknya doa yang baik baik untuk air tersebut. Dan pada gelas berisi air putih yang terakhir tidak di apa apakan, atau di biarkan begitu saja.

Kemudian dari ketiga gelas tersebut di foto crystal, saya juga tidak tahu maksudnya seperti apa itu. Mungkin yang di maksud pak UNT adalah foto  mikroskop dari ketiga air tersebut.

Apa yang terjadi?

Setelah di tunjukkan hasil foto dari ketiga air tersebut, Air yang di maki maki atau yang diberikan kata kata kotor / negativ memiliki crystal yang rusak dan hancur, dan pada air yang di doakan supaya bermanfaat, dan di berikan kata kata baik / positif memiliki foto crystal yang bagus dan indah. Sedangkan pada air yang tidak di apa apakan tidak terdapat crystal crystal tersebut atau biasa biasa saja.

Bahkan air yang merupakan benda mati bisa merespon kata kata baik dan buruk, bagaimana dengan manusia? padahal manusia sendiri 70% terbentuk dari air, berikut kutipan yang baru saya cari di internet.

Tubuh Anda, saya dan orang-orang di sekitar kita, didominasi oleh air. Menurut dr. Luciana B. Sutanto, MS. SpGK., spesialis gizi klinik dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI, air merupakan komponen yang membentuk seluruh jaringan tubuh. Dia membentuk 70% tubuh, 85% darah, 80% otak, 75% otot, dan 90% sel Anda. Ya, jumlah persentase yang sangat besar. Beliau juga berkata, “Aku getun rek, nangis aku pirang pirang ndino. Ngingeti anak anaku, ngesakne.” dengan logat khas surabaya’an. “Goblok weki, mandak ngono ae ora iso”, beliau mencontohkan perkataan saat memarahi anaknya, walaupun tidak dengan nada tinggi, ucapan seperti itu tetap akan di respon oleh manusia, bahkan oleh air.

Setelah mengerti dampak buruk dari hal hal tersebut, beliu menjadi lebih sabar lagi dalam mendidik anak, dalam menasehati anak. Menasehati tidak harus dengan bentakan, tidak harus dengan membodoh-bodohkan dan lain sebagainya.

Oh ya, saya juga punya tetangga yang sedang memiliki anak kecil, usianya masih di bawah lima tahun, baru belajar bicara. Ibunya si adek kecil itu orangnya keras, galak, dan memang dulu pernah punya riwayat sedikit gangguan kejiwaan (katanya). Dia kalau menasehati anak pasti dengan nada tinggi dan kata kata kasar, memang sih wataknya seperti itu, tapi lho bisa nggak sih sama adek yang masih belajar berinteraksi, berkomunikasi di berikan kata kata manis yang bisa dia tirukan kelak. Dan selama yang saya lihat si anak sekarang menjadi ikut ikutan kasar, seperti ibunya, jadi nakal, sering rewel. Mungkin itu sebabnya ada pepatah, Buah jatuh tidak jauh dari pohonya, watak seorang anak pasti tidak jauh seperti orangtuanya, yang mendidiknya, yang di tirukanya.

Sebenarnya cerita dari bapak UNT tadi sangat berkesan sekali, tapi karena saya tidak pandai membawakan atau menyampaikan dalam bentuk cerita ulang, ya mohon di maklumi lah. jhahahhaha.

Oh baru inget, ini ada rekamanya,, sebenarnya rekamanya panjaaaang banget. tapi ini saya potong pada bagian yang saya ceritakan saja, selamat menikmati

  [soundcloud url=“http://api.soundcloud.com/tracks/105396214” params="" width=" 100%" height=“166” iframe=“true” /]