Cara Menghadapi Orang Yang Keras Terhadap Kita

Beberapa dari kita mungkin sudah pernah tahu rasanya di bully, atau bahkan sering di bully. Entah dalam hal ini dari segi kata kata yang kurang meng’enakkan yang di lontarkan ke telinga kita hingga bisa menusuk nusuk di hati. Ataupun di bully dalam hal sering di kerjai oleh teman teman atau orang yang mungkin benci kepada kita. Perlukah kita membalas?, Iya kita harus membalas. Tapi bukan berarti kita harus membully dia balik, justru kita harus balas dengan hal hal yang positif. Misalnya kita mendoakanya (untuk kebaikan, bukan mendoakan dalam hal buruk / mengutuk), memberikan senyuman, memaafkanya, atau berbuat baik kepadanya. Saya sempat mencatat beberapa quotes yang ada di hitam putih, waktu itu yang bintang tamunya pak ustad siapa gitu, pas temanya lebaran. Bunyinya begini:

Untuk point kedua bukan sekadar memaafkan secara lisan atau tertulis, tapi memaafkan yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam, seperti dalamnya samudra (*halah). Memang sih, mungkin memaafkan itu gampang tapi sakit hati itu akan terus membekas. Seperti yang di ibaratkan paku yang di tancapkan di papan kayu, walaupun paku sudah di cabut, bekasnya akan terus ada. Seperti itulah kita, kalau kita menyakiti hati seseorang ibaratkan kita menancapkan paku di sebuah papan. Saat kita meminta maaf dan di maafkan, ibaratnya paku itu di cabut, tapi bekas luka di papan akan terus ada. Begitupun hati manusia.

Lha terus cara menambal luka luka di papan itu bagaimana?. Beli papan baru, di toko bangunan banyak, Hahaha, Juskid ya. Apabila kita pernah sakit hati kepada seseorang, walaupun kita sudah memaafkanya tapi masih ada bekas luka di hati kita atau masih ada sesuatu yang mengganjal di hati kita obatnya yaitu IKHLAS. Bagaimana cara mengikhlaskan kesalahan kesalahan orang lain yang pernah membuat hati kita sakit?. Orang yang pernah ada di kehidupan kita pasti pernah memberikan hal hal positif terhadap kita, misalkan pernah membuat bahagia, memberi pertolongan, memberi hadiah. Nah, simpan dalam ingatan kebaikan kebaikan orang tersebut, hapuskan keburukan keburukan tentangnya meskipun dia pernah menyakitimu. Manusia cenderung akan mengingat keburukan keburukan orang lain daripada Kebaikan kebaikanya.

Dengan ikhlas tadi kita usahkan untuk mengikhlaskan segala kesalahan kesalahan yang pernah kita terima, yang pernah membuat hati kita terluka. Apabila hati anda masih berkata bahwa itu susah, kembali lagi baca dari awal, cermati dan praktekkan apa yang di katakan pak ustad felixsiauw. Nah, sedikit saya contohkan IKHLAS yang benar benar IKHLAS, dan sebenarnya kita melakukanya setiap hari. Nggak percaya?

Ehm. . . sebelumnya minta maaf nih, di maafkan ya. Yang tulus. Soalnya agak sedikit jorok, sedikit kok. Bagi kamu yang baca artikel ini sambil makan, berhenti dulu bacanya, hihi.

Setiap hari atau setiap pagi kita pasti Buang Air Besar (BAB) atau lagi buang poop (Tahi). Nah, pernah nggak sih kamu nggak rela kalau poop kamu di buang ke jamban??. Kalau kamu  nggak rela, berarti kamu TahiLovers level dewa, hahaha. Begitulah ikhlas, kita merelakan sesuatu dari kita untuk di buang. Kita tidak mengungkit ungkitnya lagi, tidak memamerkan kepada orang lain, tidak menangisi atas kehilanganya. Hahah, emang kamu mau menangisi PooP kamu yang udah kamu buang karena nggak rela. Perut kita aja pinter, hal hal yang sudah tidak berguna, hina, dan tidak di butuhkan lagi oleh tubuh akan di buang. Apa kita butuh sakit hati? nggak kan? so, buang aja ke jamban #eh.

Dan point ke tiga juga butuh keikhlasan hati anda, mendoakan kebaikan kepada orang orang yang justru menyakiti hati anda, membully anda. Emangnya gampang? enggak. Ya itu tadi, kita butuh latihan dan pengulangan.

Pada artikel sebelumnya “Manusia dan Air” saya bercerita tentang pak UNT yang sangat inspiratif. Dari beliau juga saya banyak belajar bagaimana menghadapi orang yang keras terhadap kita, tidak suka dengan kita, atau bahkan benci dengan kita. Beliau pernah mengajarkan berdasarkan pengalaman beliau. Untuk menghadapi orang orang seperti itu kita harus membalasnya dengan kebaikan, kita tolong dia, sapa dia, berikan senyum kepadanya. Suatu saat pasti akan luluh. Batu yang keras lama kelamaan akan berlubang apabila di tetesi air secara terus menerus.

Dan ceritanya saya mempraktekkan hal tersebut kepada 2 orang yang sinis terhadap saya. Sebenarnya kedua orang tersebut bukan benci terhadap saya, cuman wataknya saja memang seperti itu, kasar, perkataanya nyelekit, suka maki maki orang, sudah banyak korbanya sakit hati mungkin. hahahah. Kedua orang tersebut memang sering menyuruh orang orang di sekitarnya dengan seenaknya saja, bukan dengan kata kata permintaan tolong yang halus, dengan nada tinggi, galak. Dan saya juga sering kena giliran di mintai tolong, saya manut, membantunya dengan sebisa mungkin, tidak banyak protes karena memang saya orangnya pendiem, hehehe. Kalau sudah selesai jarang sekali bilang “Terimakasih” atau ucapan lainya, paling ya diam dan cuma “Yowis”. Lama kelamaan beliau sering meminta tolong kepada saya,  saya ladeni dengan ikhlas dan senyuman, haha. Beliau kalau ngomong juga sering bikin orang sakit hati, termasuk saya juga. Setelah tahu kalau memang wataknya seperti itu, ya saya nggak ambil hati, masuk telinga kiri, keluar jadi kentut #eh.

Lama kelamaan setelah saya sering membantu, dan cuman memberikan senyum kalau lagi di olok2 (sebenarnya hanya bercanda, tapi kebacut). Akhirnya belaiu sedikit luluh, tidak lagi keras sama saya, dan juga sering bilang “Terimakasih” setelah saya bantuin. Juga sering senyum sapa kalau lagi berpapasan. Hahah, manjur sekali apa yang di ajarkan pak UNT.

Pak unt juga pernah bilang waktu diskusi singkat kemarin, “Cipto ini punya bakat seperti itu, kalau di asah terus menerus pasti bermanfaat”. “Bakat nopo pak?”, sahut saya. “Bakat ngademke atine wong”. Hahah, ternyata saya punya bakat terpendam. “Tahu darimana pak? kita kan baru saja kenal? ngobrol saja baru kali ini?”, tanya saya penasaran. “Yo pokoke ketok, nang kene sing nduwe bakat koyok ngono sak liane awakmu yo si A karo si B kae. Lha nak aku ora nduwe bakat, tapi belajar wis sue. Lha misale awake dewe iki belajar bareng ngono, awak awakmu ikut mesti majune disik”, Begitulah jawabanya pak unt, dan saya cuma bisa manggut manggut.

Begitu besar dampaknya yang di timbulkan lisan ini, kita harus menjaganya dengan baik baik. Kata pak ustad felixsiauw, “Botol yang isinya es teh, kalau di tuang mengeluarkan es teh. Botol yang isinya air comberan, kalau di tuang akan mengeluarkan air comberan pula. Begitu pula mulut kita, lisan yang keluar dari mulut kita mencerminkan apa yang ada di dalamnya”.